Air terjun Pringgodani (dok. Kabupaten Karanganyar |
Suasana sakral dibalut dengan kabut tebal dingin yang menyelimuti lereng Gunung Lawu menjadi salah satu daya tarik saat menginjakan kaki di Wisata Pringgodani. Tepatnya di Kelurahan Blumbang, Tawangmangu, Karanganyar sebelum Cemoro Kandang. Pringgodani dipercaya sebagai salah satu petilasan Raja Majapahit yang terakhir yaitu Prabu Brawijaya V.
Disebutkan
bahwa Prabu Brawijaya V melarikan diri dari musuh yang sedang mengejarnya
hingga meninggal di sana (moksa). Kemudian lokasi Pringgodani diserahkan kepada
Eyang Kancanegara, digunakan untuk bertapa. Konon, cara bertapa Eyang
Kancanegara dengan menancapkan tongkat di tanah agar bisa hidup dengan abadi.
Hingga saat ini tongkat tersebut dipercayai masyarakat telah tumbuh menjadi
sebuah pohon yang dikenal dengan nama Kayu Lewung oleh penduduk sekitar.
Nama
Pringgodani berasal dari kata “pring” atau bambu, “nggon” atau tempat, dan
“dani” atau memperbaiki dalam bahasa Indonesia. Sehingga dapat diartikan bahwa
Pringgodani adalah suatu tempat yang digunakan untuk memperbaiki diri.
Pringgodani memang
dikenal sebagai tempat untuk bertapa. Kepercayaan Jawa yang kental dengan
syarat tertentu membuat manusia bisa meminta sesuatu kepada penguasa dari 4
mata angin, salah satunya yaitu di Pringgodani.
Di sisi
selatan terkenal dengan adanya Nyai Roro Kidul di Samura Hindia. Sisi barat ada
Kanjeng Ratu Sekar Kedhatonan di Gunung Merapi. Sisi utara ada Bethari Durga di
Hutan Krendawahana serta Pringgodani yang merupakan salah satu tempat penguasa
wilayah timur atau yang lebih dikenal masyarakat dengan nama Kanjeng Sunan
Lawu.
Paku Buwono
II juga pernah melakukan pertapaan di Gunung Lawu setelah disingkirkan dari
singgasananya. Kemudian Ia mendaku dan mengumumkan diri sebagai reinkarnasi
Sunan Lawu dan Ia berhasil merebut tahtanya kembali.
Presiden
kedua Indonesia, Soeharto hingga Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) juga pernah
melakukan kunjungan ke Pringgodani. Soeharto disebut sebagai salah satu
pemimpin Indonesia yang cukup sering melakukan pertapaan atau hal hal berbau
spiritual di sana.
Dimulai dari
arah selatan kemudian ke barat, utara dan terakhir di Pringgodani. Sejatinya
memang ritual seperti itu sudah dilakukan oleh Raja-raja Mataram Islam sedari
dulu. Sehingga memunculkan mitos yang berkembang di masyarakat yaitu bahwa
seorang pemimpin yang berasal dari Jawa harus melakukan ritual tersebut guna
mencapai tujuanya berjalan dengan lancar hingga akhir.
Pemimpin
yang dianggap sebagai manusia pilihan atau bukan manusia biasa, dipandang
memiliki kekuatan tak kasat mata. Hingga, rakyat akan merasa diayomi dan muncul
rasa diawasi sehingga membuat mereka tunduk akan aturan yang dibuat.
Terlepas
dari mitos dan kesakralannya, Pringgodani merupakan tempat wisata religius yang
cukup mudah aksesnya saat ini. Para pengunjung dapat menikmati udara sejuk Air
Terjun Prionggodani.
Kemudian di sepanjang
jalan menuju air terjun, para pengunjung dapat melihat kera hutan yang turun ke
perkebunan warga. Pantangan apabila mengunjungi objek wisata ini yaitu dilarang
menceritakan perjalanan Eyang Kancanegara dan apapun yang berkaitan dengan
tempat ini. Tempat wisata ini cocok dituju bagi penikmat wisata sakral
sekaligus ingin menikmati suasana untuk menghilangkan penat.
Posting Komentar